Wednesday 4 March 2009

Candidiasis

PENDAHULUAN
Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh FRANCOIS VALLEIX (1836). LANGERBACH (1839) menemukan jamur penyebab thrush, kemudian BERHOUT (1923) memberi nama organisme tersebut sebagai Kandida. Jamur ini dapat menginfeksi semua organ tubuh manusia, dapat ditemukan pada semua golongan umur, baik pria maupun wanita. Jamur ini dikenal sebagai organisme komensial di saluran pencernaan dan mukokutan, sering ditemukan di kotoran di bawah kuku orang normal. Jamur ini juga dikenal dengan jamur oportunis.(1)

DEFINISI
Candidiasis (candidosis, moniliasis, thrush) sendiri adalah infeksi oleh jamur genus Candida, terutama C.albicans. biasanya ini merupakan infeksi superficial kulit atau selaput lendir, walaupun kadang-kadang bermanifestasi sebagai infeksi sistemik, endokarditis, atau meningitis; beberapa bentuk dapat lebih parah pada pasien dengan tanggap imun yang lemah dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru.(2) (3) (4)

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat. “Berdasarkan penelitian dari Pusat Penelitian Penyakit Menular, Departemen Kesehatan RI menemukan, dari 168 pasien fluor albus yang dating berobat ke Puskesmas Cempaka Putih Barat I, Jakarta tahun 1988/1989 adalah candidiasis sebesar 52,8%. Penelitian itu juga melaporkan bahwa dari 18 ibu hamil dan 25 ibu tidak hamil dan tidak ber-KB yang mengalami fluor albus, sebagian besarnya terinfeksi candidiasis yaitu 66,7% dan 48%.”(5)
ETIOLOGI
Yang sering menjadi penyebab adalah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal. Sebagai penyebab endokarditis kandidosis ialah C. parapsilosis dan penyebab kandidosis septicemia adalah C.tropicalis.(2) (3)

KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena, CONANT dkk. (1971), membagi kandidosis menjadi 3 yaitu, kandidosis selaput lendir yang terdiri dari kandidosis oral (thrus), perleche, vulvovaginitis, balanitis atau balanopostitis, kandidosis mukokutan kronik, dan kandidosis bronkopulmonar dan paru; kandidosis kutis yang terdiri dari lokalisata yaitu pada daerah perienal dan daerah itertriginosa, generalisata, paronikia dan onikomikosis,dan kandidosis kulit granulomatosa; dan kandidosis sistemik yang terdiri dari endokarditis, meningitis, pielonefritis, dan septikemia.(2) (3)

PATOGENESIS
Infeksi kandida dapat terjadi bila ada faktor yang menyuburkan pertumbuhan candidiasis atau ada yang memudahkan terjadinya invasi jaringan, karena daya tahan yang lemah. Faktor-faktor ini ada yang endogen maupun eksogen. Faktor endogen terdiri dari perubahan fisiologik yang meliputi, kehamilan atau yang menyerupai kehamilan (karena perubahan pH dalam vagina), kegemukan (karena banyak keringat), debilitas, latrogenik, endokrinopati (gangguan gula darah kulit), penyakit kronik, seperti tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk; umur (orang tua bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna); imulogik (penyakit genetik). Faktor eksogen yang terdiri dari iklim, panas, dan kelembaban perspirasi meningkat; kebersihan kulit; kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur; kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.(2)

GEJALA KLINIS(2) (3)
Gejala klinis kandidosis tergantung pada lokasi yang terkena, seperti tersebut di bawah ini :
1. Kandidosis selaput lender
a. Thrush
Biasanya mengenai bayi melalui kontak dengan vagina ibunya, tampak pseudomembran putih coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam, dan permukaan rongga mulut yang lain. Lesi dapat terpisah-pisah, dan tampak seperti kepala susu pada rongga mulut. Bila pseudomembran terlepas dari dasarnya tampak daerah yang basah dan merah.
Pada glositis kroniklidah tampak halus dengan papilla yang atrofik atau lesi berwarna putih di tepi atau di bawah permukaan lidah. Bercak putih ini tidak tampak jelas bila pasien sering merokok.
Pada orang dewasa biasanya mengenai mukosa pip dan lidah. Tampak atrofi papil lidah, permukaan lidah menjadi licin dan berwarna merah cerah.
b. Perleche (keilitis angular)
Lesi berupa fisur pada sudut mulut, lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan dasarnya eritematosa. Biasanya bilateral. Kemungkinan ada anemia defisiensi besi. Biasanya terjadi pada anak-anak yang menghisap jempol.
c. Vulvovaginitis
Biasanya sering terdapat pada pasien diabetes mellitus karena kadar gula darah dan urin yang tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen dalam epitel vagina. Gejala berupa pruritus hebat, rasa terbakar, labia eritema dan maserasi. Serviks hiperemis, edema dan erosive serta terdapat vesikel-vesikel yang kecil pada permukaan. Duh vagina biasanya kental.


d. Balanitis atau balanopostitis
Pasien mendapat infeksi karena kontak seksual dengan wanitanyayang menderita vulvovaginitis, lesi berupa erosi, pustule dengan dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius glandis.
e. Kandidosis mukokutan kronik
Penyakit ini timbul karena ada kekurangan fungsi leukosit atau system hormonal, biasanya terdapat pada pasien dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetic, umumnya terdapat pada anak-anak. Gambaran klinisnya mirip pasien dengan defek poliendrokin.
2. Kandidosis kutis
a. Kandidosis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosive, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
b. Kandidosis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani. Terdapat dermatitis perianal berupa eritema dan maserasi yang sangat gatal dan terbakar.
c. Kandidosis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan umbilicus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia.
d. Paronikia dan onikomikosis
Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium.
Merupakan inflamasi kronik pada lipatan kuku yang menghasilkan pus, erosi pada pinggir lateral kuku, penebalan dan warna kecoklatan pada lempeng kuku.
e. Diaper-rash
Kelainan pada kulit daerah bokong yang sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti dan juga sering diderita neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal. Gejalanya terdapat macula dan vesikel-vesikel dengan maserasi pada daerah yang tertutup popok menyebabkan rasa gatal seperti terbakar dan tidak nyaman. Diagnosis ditegakkan dengan adanya lesi satelit yang eritematosa.
f. Kandidosis granulomatosa
Penyakit ini sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokasisasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring.
3. Reaksi id (kandidid)
Reaksi terjadi karena adanya metabolit kandida, klinisnya berupa vesikel-vesikel yang bergerombol, terdapat pada sela jari tangan atau bagian badan yang lain, mirip dermatofitid.

PEMERIKSAAN PENUNJANG(2) (3) (4) (6)
1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan Gram, terlihat gambaran Gram positif, sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouroud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37oC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam berupa yeast like colony.

DIAGNOSIS BANDING(2) (3)
1. Kandidosis kutis lokalisata dengan :
a. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemeriksaan dengan lampu Wood positif.
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis (tinea)
2. Kandidosis kuku dengan tinea unguium
3. Kandidosis vulvovaginitis dengan :
a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus

PENATALAKSANAAN(2) (3) (4)
1. Menghindari atau menghilangkan factor predisposisi
2. Topikal :
a. Larutan ungu gentian 1/2 – 1% untuk selaput lender, 1 – 2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
b. Nistatin : berupa krim, salep, emulsi
c. Amfoterisin B
d. Grup azol antara lain :
Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
Tiokonazol, bufonazol, isikonazol
Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
Antimikotik lain yang berspektrum luas
3. Sistemik :
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus
b. Ketokonazol, bila dipakai untuk kandidosis vagina dosisnya 2 x 200mg selama 5 hari (untuk orang dewasa)
c. Itrakonazol : bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginitis dosis tunggal 300mg (untuk orang dewasa)

PROGNOSIS(2)
“Umumnya baik, bergantung berat ringannya factor predisposisi.”

2 comments:

  1. napa nih dok, kalo biakkan candidaa musti hrs pake saboroud agar slant gak pake yang d petridish?
    gusti cobain

    ReplyDelete
  2. dok, bisa lebih di perjelas tentang kandidiasis oral,, thank,z

    ReplyDelete