Wednesday 4 March 2009

Kesehatan lingkungan rongga mulut dan penyakitnya

Rongga mulut dilapisi oleh saliva dan terkena makanan flora normal rongga mulutdan rangsangan atau jejas dari sikat gigi dan alat oral hygine lainnya, baik itu objek yang lain yang sering dilakukan oleh orang – orang seperti merokok, menggunakan pipa pada saat merokok dan kebiasaan buruk lainnya. Begitu juga dengan beberapa factor seperti perbedaan temperatur, nilai pH, mempengaruhi tekstur dan kekenyalan mukosa rongga mulut yang merupakan kebiasaan buruk. Mukosa rongga mulut berusaha beradaptasi dan resisten terhadap jejas tersebut.

Permukaan gigi juga terpapar factor – factor tersebut sehingga terdapat lapisan yang juga menjadi bagian dari gigi tersebut seperti bertambahnya jumlah deposit pelikel, plak, debris, material dan stain.

Saliva

Saliva memegang peranan penting dalam mempertahankan integritas jaringan mukosa rongga mulut, khususnya dalam proses pencernaan dan berbicara. Dimana setiap klinisi berpendapat bahwa terdapat beberapa macam sekresi dari beberapa kelenjar saliva di rongga mulut. Hal ini dipengaruhi oleh respon mekanisme neurotransmitter pada olfaktori, gustratori dan stimulus. Rangsangan dan jenis makanan juga dapat meningkatkan sekresi saliva. Rata – rata aliran saliva pada saat tidak terstimulasi atau istirahat berkisar antara 0,3 – 0,4 ml per menit. Tetapi pada beberapa orang dapat berkisar sampai 2 ml per menit. Aliran saliva yang terstimulasi juga bermacam – macam antara 0,2 – 6,0 ml per menit.

Komposisi saliva

Saliva terdiri dari 99,5% air ditambah 0,5% bahan organic dan anorganik. Bahan organic mengandung molekul besar dan kecil seperti bentukan protein, glikoprotein dan beberapa gammaglobulin, albumin, dan enzim, termasuk glukosa, urea, dan kreatinin. Pada bahan anorganik seperti kalsium, fosfor, sodium, potassium, dan magnesium yang disertai CO2,O2, dan nitrogen. Pada saliva terdapat enzim yaitu amylase, tetapi pada suatu penyakit banyak ditemukan enzim – enzim yang diproduksi oleh bakteri dan leukosit. Pada umumnya bahan organic merupakan produksi dari sel – sel kelenjar saliva yang diangkut ke dalam saliva dari sarah. Beberapa komponen yang diangkut dari darah seperti elektrolit, albumin, immunoglobulin G, A, dan M serta vitamin dan obat – obatan juga hormone yang berhubungan erat antara plasma dan tingkat salivasi karena dipengaruhi oleh hormone dan pada saat pengobatan.

Fungsi saliva

Saliva memiliki sejumlah fungsi, antara lain:

  1. Membantu dalam proses pencernaan makanan menjadi bolus – bolus. likoprotein amylase berperan pada pencernaan karbohidrat.
  2. Aliran cairan saliva yang membantu menghilangkan bakteri dan sisa makanan.
  3. Bikarbonat dan fosfat sebagai buffer makanan dan bakteri penghasil asam.
  4. Salivasi dari mucin dan kandungan yang lain berperan dalam melindungi mukosa dalam mulut dan permukaan gigi dengan beberapa cara antara lain:
    1. Salivasi glikoprotein yang melapisi dan membasahi mukosa rongga mulut. Aksi dari perlindungan ini menjadikannya lebih kenyal ketika bergerak, lain halnya pada xerostomia (mulut kering) disebabkan oleh kelainan dari kelenjar saliva. Mukosa rongga mulut menjadi lebih kering dan lebih mudah berdarah dan rawan terhadap infeksi.
    2. Aksi anti bakteri, enzim lisosim yang berikatan dengan dinding bakteri dan sebagai scavenger.
    3. Gammaglobulin sebagai antibakteri (antibodi) yang paling banyak Ig A memiliki dua bentuk perlindungan antara lain; yang pertama mencegah perlekatan bakteri dan virus pada permukaan gigi dan mukosa rongga mulut. Yang kedua bereaksi dengan antigen makanan untuk menetralisir
    4. Leukosit. Saliva mengandung sebagian besar leukosit yang berimigrasi ke Junctional Epthelium dan sebagai awal, dimana jumlah leukosit meningkat ketika terjadi inflamasi pada gingiva.
    5. Enzim sialoperoksida memiliki kemampuan antibakteri, khususnya pada agent lactobaccilus dan streptococcus.
    6. Kemampuan mineral, partikel kalsium, dan ion fosfor, mampu mempertahankan integritas gigi dengan memodulasi difusi ion – ion dan mencegah hilangnya mineral – mineral pada gigi. Pergantian mineral antara struktur gigi dengan saliva dapat menjadikannya lebih konstan dan mencegah dekalsifikasi enamel yang diharapkan adanya remineralisasi.
  5. Air dan mucin (glikoprotein) sebagai lubrikasi yang sangat essensial pada saat berbicara yang menjadikannya lebih lembut pada saat bergerak dan berkontak dengan bibir, dan agent lidah pada gigi dan palatum yang dapat berupa suatu konsonan.

Bakteri Rongga Mulut

Pada saat lahir, rongga mulut steril.Tetapi setelah beberapa jam terlihat gambaran mikroorganisme pada umumnya streptococcus salivarius. Setelah gigi erupsi terdapat flora kompleks di dalam rongga mulut. Bakteri terdapat pada saliva, lidah, dan pipi, permukaan gigi khususnya pada fissur dan sulcus gingiva. Jumlah bakteri dalam saliva sekitar 1 milyar, dimana populasi terbesarnya ditemukan pada dorsum lidah. Pada sulcus gingival yang sehat mengandung lebih banyak bakteri dibandingkan dengan saliva bebas, dan pada penyakit periodontal terdapat populasi multiple pada sulcusnya.

Rongga mulut terdiri dari berbagai macam, antara lain: pipi, lidah, fissure pada gigi, saliva, sulcus gingiva, dimana terdapat perbedaan ekosistem yang juga mempengaruhi perbedaan jenis bakteri pada jaringan yang satu dengan yang lain. Organisme yang paling dominant adalah streptococcus. Jumlah dan jenisnya sangat bervariasi dari orang yang satu dengan yang lain, dari satu bagian mulut dengan yang lainnya, seperti yang terlihat pada perbedaan permukaan pada gigi yang sama. Sebelum dan sesudah makan atau menggosok gigi. Umur, diet, kandungan saliva dan rata – rata alirannya, beserta dengan factor sistemik yang mempengaruhi flora rongga mulut.

Deposit pada gigi

Dental plak: host – hubungannya dengan biofilm

Dental plak merupakan biofilm bakteri yang kompleks dan dihubungkan dengan perbedaan jenis bakteri pada lingkungan yang sama. Komposisi semacam ini dapat memberikan keuntungan baik pada bakteri maupun pada hostnya. Untuk mempertahankan bakteri pada komposisi ini agar lebih resisten terhadap perubahan lingkungan eksternal dan memiliki kebutuhan nutrisi yang rendah. Contohnya pada pembentukkan komposisi ini kemampuan bertahan dari bakteri terhadap agent antimikroba terlihat pengurangan yang signifikan dari struktur biofilm.

Komunitas biofilm plak merupakan bentukan awal melalui interaksi bakteri dengan gigi, dan melalui interaksi fisik dan fisiologis antara spesies yang berbeda pada massa yang sama. Bakteri dengan plak biofilm juga dipengaruhi oleh factor lingkungan mediator-host. Pengaturan ini, dimana periodontal yang sehat berperan sebagai pengawal dari keseimbangan antara populasi bakteri dan host yang tidak sampai terjadi kerusakan baik pada bakteri atau host. Demikian, ketidakmampuan menyeimbangkan dapat menyebabkan alserasi pada host dan biofilm bakteri dan hasil eliminasi pada jaringan periodontal yang rusak.

No comments:

Post a Comment